Kamis, 23 September 2010

amal itu bergantung niatnya

Sebuah hadist shohih diriwayatkan Bukhori dan Muslim berbunyi:
“Dari Umar bin Khotthob ra., ia mengatakan : Aku mendengar Rosulullah Saw bersabda ; Sesungguhnya amalan itu hanyalah bergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang (berniat) hijrah kepada Allah dan Rosulla Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rosul Ny. Barang siapa (berniat) hijrah karena dunia yang bakal diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka kepada apa yang diniatkannya itu” (HR. Bukhori dan Muslim)

Imam an-Nawawi berkata :
Hadist ini menunjukkan b ahwa niat sebagi barometer untuk menilai sahnya amalan. Bila niatnya baik, maka amalannya baik dan bila rusak, maka rusak pula amalannya. Jika dijumpai seatu amalan dan dibarengi oleh niat, maka ia punya tiga keadaan :
Pertama, ia melakukan hal itu karena takut kepada Allah swt, dan ini ibadahnya hamba
Kedua, ia melakukan hal itu karena mencari surga dan pahala, ini ibadahnya pedagang
Ketiga, ia melakukan hal itu karena malu kepada Allah swt, menunaikan hak ubudiyah, dan menunaikan rasa syukur. Kendati dengan menikian ia merasa dirinya lalai, dan bersamaan dengan itu hatinya merasa takut. Karena tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak? Ini ibadahnya orang yang merdeka. Itulah yang diisyarakatnya Rosulullah Saw dalam sebuah hadits dimana Rosulullah melakukan sholat malam hingga kakinya bengkak, maka jawab Rosulullah “Apakah aku tidak boleh menjadi hamgba yang banyak bersyukur?”
Ini salah satu hadits yang menjadi poros Islam. Imam Ahmad ra., dan Imam asy- Syafi’I ra., menfatakan, “Tiga ilmu masuk dalam hadits al-A’mal bin-Niyyat.” Disam[aikan al-Baihaqi dan selainnya. Sebab mengenai hal itu, bahwa usaha hamba itu dengan hati, lisan dan anggota badan. Sementara niat salah satu dari ketiga bagian tersebut.
Sedangkan dasar diterimanya amal adalah; “Barang siapa yang mengikhlaskan amalnya karena Allah dan mengikuti Rosulullah (menyontoh Rosululla dalam beramal), maka inilah orang yang amalnya diterima.”
Syaikh Utsaimin berkata; sesuai dengan hadits dari Aisyah bahwa,
“Barang siapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini apa yang bukan darinya, maka ia tertolak”
atau dalam hadits yang lain
“Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar